Blog

  • Penyakit Asam Urat

    Apa Itu Penyakit Asam Urat ?

    Penyakit asam urat merupakan kondisi yang menyebabkan gejala nyeri yang tak tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area persendian.

    Semua sendi di tubuh berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki.

    Umumnya, penyakit ini dapat lebih mudah menyerang pria, khususnya mereka yang berusia di atas 30 tahun.

    Pada wanita, penyakit asam urat ini dapat muncul setelah terkena menopause.

    Rasa sakit yang dialami pengidap asam urat dapat berlangsung selama rentang waktu 3-10 hari, dengan perkembangan gejala yang begitu cepat dalam beberapa jam pertama.

    Sering kali orang salah kaprah dan menyamakan penyakit asam urat dengan rematik.

    Padahal, rematik adalah istilah yang menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang mengalami peradangan.

    Gejala Penyakit Asam Urat 

    Ada beberapa gejala penyakit asam urat yang umum terjadi, di antaranya:

    1. Nyeri sendi yang intens

    Penyakit asam urat biasanya mempengaruhi jempol kaki, tapi bisa terjadi di bagian sendi manapun.

    Sendi lain yang sering terkena yaitu pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, dan jari.

    Rasa sakit yang paling parah terjadi dalam empat hingga 12 jam pertama serangan penyakit asam urat.

    2. Rasa tidak nyaman dalam jangka panjang

    Setelah rasa sakit yang paling parah meredam, rasa tidak nyaman pada sendi dapat terjadi lagi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu kemudian.

    Serangan selanjutnya cenderung bertahan lebih lama dan memengaruhi lebih banyak persendian. 

    3. Peradangan dan kemerahan

    Sendi yang terkena bisa membengkak, terasa lunak, hangat, dan tampak merah. 

    4. Rentang gerak terbatas

    Saat asam urat berkembang, kamu mungkin tidak dapat menggerakan persendian secara normal.

    Sakit lutut nyatanya juga bisa menjadi pertanda penyakit ini, baca selengkapnya di 

    Penyebab Penyakit Asam Urat 

    Secara alamiah, asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh untuk mengurai purin.

    Purin merupakan zat alami yang memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh. Mulai dari mengatur pertumbuhan sel hingga menyediakan energi.

    Nantinya, ketika sudah selesai digunakan tubuh, asam urat akan dibuang melalui urine. 

    Namun, terkadang tubuh dapat menghasilkan terlalu banyak asam urat atau ginjal mengalami gangguan sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat.

    Ketika ini terjadi, asam urat dapat menumpuk, membentuk kristal urat tajam seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan.

    Faktor Risiko Penyakit Asam Urat

    Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah seseorang, antara lain:

    • Pola makan. Mengkonsumsi daging merah dan kerang secara berlebihan, terutama sumber makanan yang mengandung banyak purin, dapat memicu penyakit asam urat. Selain itu, minum minuman manis dengan fruktosa juga dapat meningkatkan kadar asam urat, termasuk alkohol, 
    • Berat badan berlebih. Jika kamu memiliki kelebihan berat badan, maka tubuh memproduksi lebih banyak asam urat. Sementara itu, ginjal menjadi lebih sulit menghilangkan asam urat dari tubuh.
    • Riwayat medis. Penyakit dan kondisi medis tertentu dapat meningkatkan risiko asam urat. Seperti, tekanan darah tinggi yang tidak diobati, diabetes, obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit jantung dan ginjal.
    • Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan kadar asam urat. Contohnya, beberapa obat yang digunakan untuk mengontrol hipertensi dan obat yang diresepkan untuk orang yang menjalani transplantasi organ.
    • Riwayat keluarga. Jika kamu memiliki anggota keluarga yang mengidap penyakit asam urat, kemungkinan besar kamu juga akan terkena.
    • Usia dan jenis kelamin. Penyakit  lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun, setelah menopause, kadar asam urat pada wanita bisa mendekati pria. Sementara itu, pria juga lebih mungkin terkena asam urat lebih awal, yaitu antara usia 30 hingga 50 tahun. Sedangkan wanita lebih mungkin mengalami asam urat setelah menopause.
    • Baru saja menjalani operasi. Mengalami operasi atau trauma yang baru terjadi kadang dapat memicu serangan asam urat.

    Diagnosis Penyakit Asam Urat

    Untuk memastikan apakah gejala tertentu merupakan indikasi penyakit asam urat atau bukan, dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis.

    Dokter mungkin akan melakukan beberapa hal, seperti menanyakan riwayat penyakit pasien, seberapa sering gejala muncul, dan memeriksa lokasi sendi yang sakit.

    Selain itu, ada juga pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan untuk memastikan diagnosis, antara lain:

    • Cek darah. Tes ini ditujukan untuk mengukur kadar asam urat dan kreatinin dalam darah. Orang yang mengidap asam urat memiliki kreatinin hingga 7 mg/dL. Namun, tes ini tidak selalu memastikan penyakit asam urat, karena beberapa orang diketahui memiliki kadar asam urat tinggi, tetapi tidak mengidap penyakitnya.
    • Tes urine 24 jam. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam urat dalam urine yang dikeluarkan pasien selama 24 jam terakhir.
    • Cek cairan sendi. Prosedur ini akan mengambil cairan sinovial pada sendi yang terasa sakit, kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.
    • Tes pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen akan dilakukan guna mengetahui penyebab radang pada sendi. Sementara itu, USG juga bisa dilakukan untuk mendeteksi kristal asam urat pada sendi.

    Pengobatan Penyakit Asam Urat 

    Pengobatan penyakit ini bisa kamu lakukan dengan pemberian obat. Namun, pemberian obat asam urat ini akan dokter sesuaikan dengan tingkat keparahannya.

    Obat-obatan yang dokter berikan berfungsi untuk meredakan nyeri sekaligus mencegah serangan asam urat di masa mendatang.

    Obat-obatan untuk meredakan nyeri asam urat antara lain:

    • Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin (Bufferin), ibuprofen (Advil, Motrin), dan naproxen (Aleve).
    • Colchicine (Colcrys, Mitigare).
    • Kortikosteroid.

    Sementara itu, obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah serangan asam urat meliputi:

    • Inhibitor xanthine oksidase, seperti allopurinol (Lopurin, Zyloprim) dan febuxostat (Uloric). 
    • Probenesid (Probalan). 

    Rekomendasi Obat Asam Urat

    Obat-obatan yang dokter berikan berfungsi untuk meredakan nyeri sekaligus mencegah serangan asam urat di masa mendatang. Obat-obatan untuk meredakan nyeri asam urat antara lain:

    • Voltaren Emulgel 10 g. Untuk mengobati peradangan sendi. 
    • Dolo-Neurobion 10 Tablet. Obat pereda nyeri yang dapat mengurangi rasa nyeri yang diakibatkan oleh neuritis dan neuralgia
    • Counterpain Cream 15 g. Krim pereda nyeri yang dapat meringankan rasa sakit pada otot.
    • Fringout 0.5 mg 10 Tablet. Mengandung Colchicine yang dapat mencegah gejala asam urat. 
    • Meloxicam 15 mg 10 Tablet. Obat inflamasi non steroid yang dapat meredakan gejala peradangan, pembengkakan, serta nyeri otot.
    • Kolton 100 mg 10 Tablet. Obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. 
    • Flamar 10 mg/g Gel 20 g. Obat oles yang mengandung Natrium diclofenac yang dapat berguna untuk mengurangi nyeri ringan hingga sedang.

    Selain penggunaan obat-obatan, dokter juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup.

    Hal ini bertujuan membantu mengelola gejala asam urat dan mengurangi risiko serangan asam urat di masa depan.

    Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup tersebut: 

    • Kurangi asupan alkohol. 
    • Menurunkan berat badan, jika kamu kelebihan berat badan. 
    • Berhenti merokok, jika kamu merupakan perokok.

    Selain perubahan gaya hidup, ada beberapa pantangan yang harus kamu ketahui.

    Pencegahan Penyakit Asam Urat 

    Beberapa perubahan gaya hidup dokter yakini dapat membantu menurunkan risiko penyakit asam urat, yaitu: 

    • Minum banyak air untuk membantu ginjal berfungsi lebih baik dan menghindari dehidrasi.
    • Berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan yang sehat. Sebab, berat badan ekstra meningkatkan asam urat dalam tubuh dan memberi lebih banyak tekanan pada persendian.
    • Menghindari penggunaan obat-obatan tertentu. Misalnya seperti obat-obatan yang bersifat diuretik atau imunosupresan.
    • Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan zat purin tinggi. Misalnya seperti daging merah, minuman beralkohol, hingga makanan dan minuman tinggi fruktosa. 

    Konsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah yang memiliki antioksidan tinggi. 

    Komplikasi Penyakit Asam Urat

    Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat memicu terjadinya berbagai macam komplikasi.

    Berikut adalah beberapa risiko komplikasi tersebut:

    1. Munculnya tofi 

    Tofi adalah kumpulan kristal urat yang terbentuk akibat penumpukan asam urat, dan dapat berkembang pada persendian dan tulang rawan.

    Kristal yang mengeras ini dapat menyebabkan benjolan dengan berbagai ukuran terbentuk di bagian tubuh. Misalnya seperti jari dan tangan, pergelangan kaki, siku, hingga telinga.

    Meskipun tofi biasanya tidak menyakitkan, namun kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sendi.

    2. Kerusakan sendi

    Asam urat kronis dapat menyebabkan pembengkakan sendi dan peradangan kronis.

    Keduanya pada akhirnya berisiko menimbulkan komplikasi berupa kerusakan sendi.

    TEMPAT BERMAIN SLOT YANG ASIK : MAHKOTA69

  • PENYAKIT DIABETES PALING MEMATIKAN DI INDONESIA

    PENYAKIT DIABETES PALING MEMATIKAN DI INDONESIA

    Apa Itu Diabetes (Gula Darah Tinggi)?

    Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang perlu kamu waspadai.

    Adapun tanda utama dari penyakit ini adalah meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal.

    Kondisi ini terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi.

    Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.

    Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius, menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh.

    Contohnya organ seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf. Ada dua jenis utama diabetes, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2.

    Jika dijabarkan, berikut adalah penjelasan mengenai keduanya, yaitu: 

    • Diabetes tipe 1. jenis ini adalah penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan menyerang dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin sama sekali. 
    • Diabetes tipe 2. Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel-sel tubuh pengidap diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal. 

    Penyebab Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    Kadar gula darah normal yaitu kurang dari 100 mg/dL. Apabila kadar gula darah sudah mencapai 100-125 mg/dL berarti masuk status prediabetes.

    Sementara itu, kadar gula darah yang mencapai 126 mg/dL ke atas sudah tergolong diabetes. Kadar gula darah tinggi dikenal sebagai hiperglikemia.

    Pada dasarnya hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah meningkat atau berlebihan.

    Sementara itu diabetes merupakan penyakit yang sebagian besar dipengaruhi oleh hiperglikemia.

    Penyebab gula darah tinggi dari penyakit gula terjadi akibat adanya gangguan dalam tubuh. Sebab, kondisi ini membuat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa darah ke dalam sel.

    Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah. Pada penyakit gula tipe 1, gangguan ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin. 

    Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.

    Sedangkan pada penyakit gula tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Terapi, insulin tidak dapat tubuh gunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.

    Faktor Risiko Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    terdapat beberapa faktor risiko penyakit gula tipe 1, antara lain:

    • Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan dengan gen tertentu.
    • Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun.
    • Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian pada anak-anak usia 10–14 tahun.
    • Faktor pemicu lainnya, seperti mengkonsumsi susu sapi pada usia terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir.

    Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko dari penyakit gula tipe 2, antara lain:

    • Berat badan berlebih atau obesitas.
    • Distribusi lemak perut yang tinggi.
    • Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga.
    • Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga.
    • Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih.
    • Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun.
    • Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
    • Riwayat diabetes saat hamil.
    • Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas

    Gejala Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    Gejala masalah kesehatan ini akan muncul secara bervariasi pada setiap pengidapnya.

    Sebab, kondisi ini akan tergantung pada tingkat keparahan dan jenis penyakit gula yang pengidapnya miliki.

    Namun, secara umum ada beberapa gejala yang akan dialami oleh pengidapnya, baik itu tipe 1 maupun tipe 2, yaitu: 

    • Peningkatan rasa haus.
    • Peningkatan frekuensi buang air kecil.
    • Mudah lelah atau rasa kelelahan terus-menerus.
    • Adanya gangguan penglihatan, seperti pandangan yang kabur. 
    • Terjadinya infeksi pada tubuh terus-menerus, yang umum terjadi pada bagian gusi, kulit, maupun area vagina (pada wanita). 
    • Penurunan berat badan yang tidak jelas apa penyebabnya. 
    • Kehadiran keton dalam urine (keton adalah produk sampingan dari pemecahan otot dan lemak yang terjadi ketika tidak ada cukup insulin yang tersedia). 

    Maka dari itu, segeralah memeriksakan diri ke dokter jika mengalami salah satu atau sejumlah tersebut.

    Hal ini bertujuan agar pengidapnya mendapatkan perawatan yang tepat sedari dini, sehingga risiko akan komplikasi dari diabetes dapat terhindarkan. 

    Diagnosis Gula Darah Tinggi (Diabetes)

    Dokter akan mendiagnosis kondisi ini pada seseorang dengan melakukan wawancara medis. Kemudian, dokter juga akan memeriksa kadar glukosa dalam tes darah.

    Ada tiga jenis tes yang dokter dapat gunakan untuk mengukur kadar glukosa darah, yaitu:

    1. Tes glukosa darah puasa

    Untuk tes ini, pengidap penyakit gula perlu tidak makan atau minum apa pun kecuali air putih (puasa).

    Puasa ini setidaknya delapan jam sebelum tes. Sebab, makanan dapat sangat mempengaruhi gula darah, tes ini memungkinkan dokter melihat gula darah dasar.

    2. Tes glukosa darah acak

    Pemeriksaan ini dapat pengidap penyakit gula lakukan secara acak.  Meskipun ketika kamu sedang berpuasa.

    3. A1c

    Tes ini, juga memiliki istilah lain HbA1C atau tes hemoglobin terglikasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menunjukkan kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama dua hingga tiga bulan terakhir.

    4. Tes toleransi glukosa oral

    Dalam tes ini, pengukuran kadar glukosa darah akan dokter lakukan setelah puasa semalam.

    Kemudian pengidap penyakit gula akan minum minuman manis. Nantinya, kadar glukosa darah pasien kemudian diperiksa pada jam satu, dua dan tiga.

    Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah dan urine untuk membedakan apakah seseorang terkena diabetes tipe 1 atau 2.

    Nantinya, darah akan diperiksa untuk autoantibodi (tanda autoimun bahwa imun tubuh menyerang dirinya sendiri).

    Sementara itu, urine akan diperiksa untuk mengetahui adanya keton (pertanda tubuh seseorang membakar lemak sebagai suplai energinya)

    Pengobatan Diabetes

    Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis penyakit gula yang kamu alami.

    Terapi insulin menjadi salah satu pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengidap kondisi ini, baik tipe 1 maupun tipe 2.

    Bahkan, pada diabetes tipe 1 yang cukup berat, transplantasi pankreas dapat menjadi pilihan guna mengatasi kerusakan pada pankreas. 

    Sedangkan pada pengidap diabetes tipe 2 akan diberikan beberapa jenis obat-obatan.

    Namun, umumnya ada beberapa perawatan yang harus dilakukan untuk menurunkan risiko diabetes, seperti:

    1. Menerapkan pola makan sehat

    Jika kamu mengalami penyakit diabetes, sebaiknya atur kembali pola makan yang sehat.

    Fokuskan pada asupan buah, sayur, protein tanpa lemak, dan juga biji-bijian.

    Tidak hanya itu, kamu juga perlu mengkonsumsi serat dan mengurangi beberapa jenis makanan, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh, karbohidrat olahan, hingga pemanis buatan.

    2. Rutin melakukan aktivitas Fisik

    Setiap orang tentunya membutuhkan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tetap optimal, termasuk pengidap diabetes.

    Olahraga menjadi satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengubahnya menjadi energi.

    Kamu bisa memilih untuk melakukan olahraga ringan, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda.

    Jadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas harian untuk membantu kamu menghindari kondisi menjadi lebih buruk.

    Rekomendasi Obat Diabetes

    Berikut ini adalah beberapa rekomendasi obat yang bisa kamu gunakan:

    • Gliabetes 30 mg 10 Tablet. Merupakan obat dengan kandungan Pioglitazone HCl  untuk menangani penyakit diabetes tipe 2. 
    • Diabemed 24 Kapsul. Bermanfaat untuk mengatasi dan mencegah diabetes, serta menurunkan kadar gula di dalam darah dan menjaganya tetap stabil.
    • Inlacin 100 mg 5 Strip (6 Kapsul/Strip) – Hemat Borongan. Mengandung kombinasi Lagestroemiaspeciosa dan Cinnamomun burmanii untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah.
    • Pioglitazone HCl 30 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Merupakan obat tablet yang bermanfaat dalam terapi diabetes mellitus tipe 2. 
    • Amaryl M 1 mg/250 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Mengandung kombinasi Metformin dan Glimepiride yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2.

    Pencegahan Diabetes

    Meskipun faktor risiko seperti riwayat keluarga dan ras tidak dapat diubah, tapi ada faktor risiko lain yang dapat dicegah sedari dini melalui penerapan hidup sehat.

    Berikut adalah beberapa langkah gaya hidup sehat yang dapat kamu lakukan mencegah penyakit ini, antara lain:

    • Mempertahankan berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan rendah lemak.
    • Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur.
    • Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
    • Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan aktivitas fisik.
    • Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama, seperti ketika menonton televisi.
    • Menghindari atau berhenti merokok

    Komplikasi Diabetes

    Komplikasi dari penyakit ini akan berkembang secara bertahap. Semakin lama seseorang mengidapnya dan semakin tidak terkontrolnya penyakitnya, maka akan semakin tinggi pula risiko komplikasi.

    Akhirnya, komplikasi dapat melumpuhkan atau bahkan mengancam jiwa.

    Berikut adalah beberapa kemungkinan komplikasi secara umum, yaitu: 

    • Penyakit kardiovaskular. Diabetes dapat meningkatkan risiko berbagai masalah pada sistem kardiovaskular. Hal ini termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri dada (angina), serangan jantung, stroke dan penyempitan arteri (aterosklerosis). 
    • Kerusakan mata (retinopati). Baik diabetes tipe 1 maupun 2 dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan retina mata, 
    • Kerusakan saraf (neuropati). Kelebihan gula dapat melukai dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang memberi nutrisi pada saraf terutama pada kaki. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, terbakar atau nyeri yang biasanya dimulai pada ujung jari kaki atau jari tangan dan secara bertahap menyebar ke atas.

    Di samping itu, diabetes juga berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal, disfungsi seksual, hingga keguguran sebagai komplikasinya. 

    Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda

    Meski identik dengan orang tua, bukan berarti penyakit diabetes melitus tidak dapat menyerang anak muda. Baik tipe 1 dan diabetes tipe 2, tetap bisa menjangkiti anak muda berapapun usianya.

    Secara umum, perbedaan kedua jenis diabetes ini adalah dari pemicunya. Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena penyakit autoimun yang menyebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 muncul sebagai efek dari pola makan tidak sehat karena tidak bisa mengontrol asupan gula yang masuk dalam tubuh.

    Pada diabetes tipe 2, biasanya muncul sebagai efek jangka panjang dari kebiasaan buruk di masa muda. Namun, gejalanya bisa datang lebih cepat jika Anda tidak mengendalikan asupan makanan, terutama jika menggugah selera.

    Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda

    Baik diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebenarnya punya ciri-ciri yang hampir serupa. Perbedaannya, penderita tipe 1 kemungkinan akan mengalami penurunan berat badan meski sedang tidak sedang diet. Selain itu, gejala diabetes di usia muda berkembang secara bertahap dalam hitungan bulan hingga tahunan dan tak jarang baru bisa terdeteksi lewat medical check-up.

    Secara umum, berikut beberapa kondisi yang menjadi ciri-ciri diabetes di usia muda:

    • Mudah lapar.
    • Mudah haus.
    • Disfungsi ereksi bagi pria.
    • Pandangan kabur.
    • Lemahnya kekuatan otot.
    • Menurunnya gairah seksual.
    • Mudah lelah.
    • Perubahan suasana hati (mood swing) secara tiba-tiba.
    • Meningkatnya jumlah urin saat buang air kecil.
    • Luka membutuhkan waktu lama untuk sembuh dan kering.

    Pemeriksaan diabetes

    Di usia muda, kebanyakan orang cenderung mempunyai pola makan yang tidak sehat. Sebagai contoh, banyak anak muda yang lebih menyukai fast food dan makanan-makanan manis seperti donat, kue, hingga minuman boba dibandingkan mengkonsumsi makanan sehat. Jika kebiasaan tersebut tidak diubah, Sahabat MIKA bisa menderita diabetes melitus di usia muda.

    Ketika mengkonsumsi gula secara berlebihan, terjadi peningkatan resistensi insulin. Peningkatan resistensi insulin membuat tubuh tidak dapat memproses kelebihan gula dengan baik. Lonjakan kadar gula darah kemudian tak bisa terhindarkan dan memicu penyakit melitus tipe 2. Selain pola makan, faktor seperti usia, berat badan, genetik, dan gaya hidup juga turut berperan dalam berkembangnya penyakit ini.

     

    Cara Menangani Diabetes di Usia Muda

    Cara menangani diabetes di usia muda harus disesuaikan dengan jenisnya. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah Anda tetap berada dalam batas normal. Beberapa cara yang bisa dijadikan pilihan untuk mengatasi diabetes, di antaranya

    1. Suntikan Insulin

    Bagi penderita diabetes tipe 1, suntikan insulin merupakan obat utama karena tubuh mereka tidak mampu memproduksinya.

    Ada empat jenis insulin yang dapat digunakan oleh penderita . Masing-masing jenis dibedakan berdasarkan seberapa cepat cairan tersebut bekerja dan berapa lamakah efeknya bertahan dalam tubuh.

    Jenis-jenis suntik insulin yang bisa digunakan, meliputi:

    • Rapid-acting insulin: bekerja 15 menit setelah disuntikkan, efeknya bertahan 3-4 jam.
    • Regular (short-acting) insulin: bekerja 30-60 menit setelah disuntikkan, efeknya bertahan 5-8 jam.
    • Intermediate-acting insulin: bekerja 1-2 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan 14-16 jam.
    • Long-acting insulin: bekerja 2 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan hingga 24 jam.
    • Ultra long-acting insulin: bekerja 6 jam setelah disuntikkan, efeknya bertahan sekitar 36 jam.
    • Insulin campuran: kombinasi antara intermediate-acting insulin dan short-acting insulin.

    Tak seperti tipe 1, penderita diabetes tipe 2 hanya membutuhkan suntikan insulin ketika kadar gula darah melebih batas normal dan tidak dapat dikendalikan melalui pola makan sehat atau konsumsi obat-obatan. Untuk dosis yang tepat, Sahabat MIKA dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam.

    2. Konsumsi Obat-obatan Tertentu

    Untuk mengatur insulin dan mengatasi lonjakan gula darah, dokter mungkin akan meresepkan obat seperti metformin bagi penderita diabetes tipe 2. Sementara itu, pemberian obat untuk penderita diabetes tipe 1 dimaksudkan untuk melindungi organ penting seperti jantung, ginjal, dan hati dari kerusakan.

    3. Menerapkan Pola Hidup Sehat

    Menerapkan pola hidup bagi penderita di usia muda adalah cara yang paling sederhana. Beberapa tindakan yang harus dilakukan adalah konsumsi makanan sehat untuk diabetes, rutin berolahraga, istirahat dengan cukup, hingga menghilangkan kebiasaan merokok.

    Cara Mencegah di Usia Muda

    Cara mencegah diabetes di usia muda adalah dengan menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencegah diabetes tipe 2, aturlah pola makan dan asupan gula yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, Anda juga harus rajin berolahraga supaya berat badan tetap ideal.

    Sementara itu, belum ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes tipe 1. 

    Apabila Sahabat MIKA merasakan gejala diabetes, segera  buat janji temu dokter di Mitra Keluarga untuk segera mendapat penanganan yang tepat.

  • PENYAKIT YANG MENGINTAI GENERASI MUDA “HIPERTENSI”

    Apa itu Hipertensi?

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah di atas batas normal (130/80 mmHg atau lebih).

    Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan.

    Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian.

    Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama.

    Besarnya tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk bekerja.

    Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri.

    dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa.

    Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu:

    • Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. 
    • Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya.

    Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darah sistolik dari pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.

    Penyebab Hipertensi

    Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:

    1. Hipertensi Primer

    Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi.

    primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan.

    2. Hipertensi Sekunder

    Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya.

    Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.

    Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan sekunder, antara lain:

    • Obstruktif sleep apnea (OSA).
    • Masalah ginjal.
    • Tumor kelenjar adrenal.
    • Masalah tiroid.
    • Cacat bawaan di pembuluh darah.
    • Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. 
    • Obat-obatan terlarang.

    Faktor Risiko Hipertensi

    Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia.

    Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami hipertensi.

    Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah:

    • Memiliki usia di atas 65 tahun.
    • Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan.
    • Alami kelebihan berat badan atau obesitas.
    • Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama.
    • Kurang mengonsumsi buah dan sayuran.
    • Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga.
    • Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein.
    • Memiliki kebiasaan merokok.
    • Banyak mengonsumsi minuman beralkohol.
    • Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.
    • Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea.

    Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

    Selain itu, gangguan ini juga dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya disebabkan masalah pada ginjal atau jantung.

    Pengaruh gaya hidup yang buruk juga semakin memperparah masalah ini. Waspadai pula 9 Penyebab di Usia 20-an berikut ini.

    Meski demikian, kamu dapat menurunkan atau bahkan mencegah risiko terjadinya dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengatur pola makan secara rutin.

    Pastikan untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh agar tetap sehat, konsumsi air putih setiap hari, dan berolahraga secara teratur.

    Lengkapi juga dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin untuk menjaga tubuh agar tetap sehat.

    Gejala Hipertensi

    Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain:

    • Sakit kepala;
    • Mimisan;
    • Masalah penglihatan;
    • Nyeri dada;
    • Telinga berdengung;
    • Sesak napas; dan
    • Aritmia.

    Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa: 

    • Kelelahan;
    • Mual dan/atau muntah;
    • Kebingungan;
    • Merasa cemas;
    • Nyeri pada dada;
    • Tremor otot; dan
    • Adanya darah dalam urine.

    Diagnosis Hipertensi

    Dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.

    Setelah itu, dokter alat untuk mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur tekanan. 

    Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:

    • Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg.
    • Prehipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke waktu.
    • Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–99 mm Hg.
    • Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih tinggi.
    • Krisis hipertensi. Hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi dari 180/120 mmHg. Kondisi ini termasuk situasi darurat yang memerlukan perawatan medis segera. Apabila kamu mendapatkan hasil ini saat mengukur tekanan darah di rumah, tunggu lima menit dan tes ulang. Jika alami gejala, ada baiknya segera mendapatkan pemeriksaan di rumah sakit.

    Apabila hasilnya masih samar, biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosis. Metodenya dapat melalui:

    • Pemantauan rawat jalan. Tujuannya untuk memeriksa tekanan darah secara teratur selama 6 hingga 24 jam.
    • Tes kadar kolesterol. Untuk memeriksa kondisi yang dapat menyebabkan atau memperburuk tekanan darah tinggi. 
    • Tes gula darah. Tujuannya untuk mengetahui resistensi insulin yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah, dan berkontribusi pada pengembangan.
    • Elektrokardiogram (EKG). Caranya dengan mengukur aktivitas listrik jantung dan mengetahui seberapa cepat atau lambat jantung berdetak.
    • Ekokardiogram. Pemeriksaan non-invasif ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran detail detak jantung. Ini menunjukkan bagaimana darah bergerak melalui jantung dan katup jantung.
    • Pemeriksaan fungsi tiroid. Tujuannya untuk menilai fungsi kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
    • Pemeriksaan urine. Fungsinya untuk mengidentifikasi adanya protein, darah, atau zat lain yang dapat mengindikasikan, termasuk kerusakan ginjal.

    Pengobatan  Hipertensi

    Sebagian pengidap hipertensi harus mengkonsumsi obat seumur hidup untuk mengatur tekanan darah.

    Jika sudah terkendali, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat kamu hentikan. 

    Berikut dua hal yang menjadi langkah utama pengobatan hipertensi:

    1. Perubahan pola hidup

    Ada beberapa pola hidup yang perlu kamu ikuti guna meningkatkan peluang kesembuhan. Di antaranya:

    • Pertahankan berat badan yang sehat.
    • Mengurangi atau berhenti merokok. 
    • Konsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan rendah garam.
    • Batasi konsumsi minuman beralkohol.
    • Lakukan aktivitas fisik intensitas rendah secara teratur.
    • Kelola stres dengan baik, contohnya dengan melakukan aktivitas yang kamu sukai.
    • Mengonsumsi obat darah tinggi secara rutin.
    • Batasi konsumsi kafein, terutama dari kopi.
    • Pantau tekanan darah di rumah dan lakukan pemeriksaan rutin.

    Pengidap hipertensi juga perlu mengontrol berat badan. Sebab, obesitas atau kelebihan berat badan bisa memicu .

    2. Mengonsumsi obat-obatan

    Obat-obatan yang umumnya dokter berikan kepada para pengidap , antara lain:

    • Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Pasalnya, hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh.
    • Jenis obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah bisa menurun. Perlu kamu ketahui bahwa hipertensi membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan pada pembuluh darah. 
    • Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah.
    • Jenis obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. 
    • Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali. 

    Salah satu obat hipertensi yang bisa dokter resepkan adalah furosemide.

    Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa kamu lakukan melalui terapi relaksasi.

    Misalnya terapi meditasi atau olahraga olah tubuh seperti yoga.

    Namun, pengobatan hipertensi tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup.

    Contohnya seperti menjalani pola makan dan hidup sehat, serta olahraga teratur.

    Rekomendasi Obat Tekanan Darah Tinggi 

    Berikut ini adalah beberapa obat yang bisa kamu gunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi:

    • Tensiphar 5 mg 10 Tablet. Obat ini mengandung lisinopril yang bermanfaat untuk mengobati hipertensi, gagal jantung kongestif, infark miokard akut, dan angina pectoris.
    • Clonidine 0.15 mg 10 Tablet. Merupakan obat yang dapat membantu mengatasi hipertensi, mengurangi efek sakit yang parah akibat kanker, dan sebagai terapi untuk dismenore parah.
    • B-Beta 5 mg 10 Tablet. Mengandung zat aktif Bisoprolol yang dapat menurunkan kecepatan denyut jantung dan menurunkan tekanan darah.
    • Amlodipine 5 mg 3 Strip (10 Tablet/Strip) – Obat Rutin. Bermanfaat sebagai pengobatan lini pertama hipertensi dan untuk mengontrol tekanan darah pada sebagian besar pasien.  
    • Candesartan 8 mg 10 Tablet. Obat antihipertensi yang bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah akan menurun.
    • Bisoprolol 2.5 mg 10 Tablet. Merupakan obat yang bermanfaat untuk mengobati, angina serta gagal jantung kronik.

    Pencegahan Hipertensi

    Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi, yaitu:

    • Mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayuran.
    • Batasi asupan garam (menjadi kurang dari 5g setiap hari). 
    • Kurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
    • Berhenti merokok.
    • Berolahraga secara teratur.
    • Menjaga berat badan.
    • Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
    • Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.
    • Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam diet.